Minggu, 22 April 2012

Pesawat Tak Berawak Ditiru Iran

Iran kembali membuat kemajuan mengejutkan. Setelah mengumumkan sukses mengembangkan teknologi nuklir, Teheran kini mengatakan telah berhasil meniru pesawat tak berawak atau drone milik Amerika Serikat yang jatuh di wilayahnya pada 4 Desember 2011.


Laporan tentang kemajuan teknologi kedirgantaraan itu, khususnya terkait pembangunan pesawat tak berawak (UAV) yang selama ini hanya dimiliki AS, dilaporkan media Iran, Minggu (22/4). Media mengutip keterangan Kepala Divisi Kedirgantaraan Pengawal Revolusi Iran Jenderal Amir Ali Hajizadeh.

Para insinyur Iran kini dalam tahap akhir penguraian data (decoding data) pesawat tidak berawak, RQ-170 Sentinel, yang jatuh di perbatasan Afganistan, 4 Desember 2011. Demikian laporan Kantor Berita Mehr mengutip penjelasan dari Hajizadeh.

”AS harus menyadari sampai sejauh mana kami telah menerobos ke data pesawat,” kata Hajizadeh.

UAV atau lazim dikenal sebagai drone, penerbangannya dikendalikan secara mandiri oleh komputer di dalam pesawat, atau di bawah kendali jarak jauh navigator, pilot di darat, atau pilot di pesawat dan kendaraan lain.

Selama ini, UAV paling banyak dioperasikan di Afganistan dan Pakistan. Sentinel berada di California pada Oktober 2010 untuk pekerjaan teknis, lalu dibawa ke Kandahar, Pakistan, November 2010. ”Pesawat mengalami masalah. Ahli AS tidak dapat memperbaikinya,” kata Hajizadeh kepada televisi lokal dan menyebutkan pesawat telah menjadi ”aset nasional” Iran.

Iran mengaku telah melakukan prosedur reverse engineering (rekayasa terbalik) UAV RQ-170 Sentinel. Mereka akan membangun pesawat serupa setelah merekam data Sentinel. Teheran mengklaim, sebuah unit perang cyber Pengawal Revolusi telah berhasil mengacaukan kontrol penerbangan Sentinel hingga jatuh pada 4 Desember 2011.

Laporan lain mengatakan, Sentinel ditembak jatuh pasukan Iran. Washington saat itu menyangkal dan mengatakan, kemungkinan besar pesawat itu mengalami gangguan teknis. AS tidak yakin Iran telah memiliki teknologi canggih yang mampu mengopi data UAV buatan Lockheed Martin Corp itu.

Barat dan AS tetap meragukan Iran bisa membangun pesawat sejenis. Nick Brown, pengamat kedirgantaraan dan Pemimpin Redaksi Jane’s International Defence Review, mengatakan, Iran mungkin bisa membangunnya. Namun, hal itu bergantung pada kondisi pesawat saat jatuh. Untuk RQ-170, tantangannya bukan pada membangunnya, tetapi membuatnya layak terbang.

Tak urung, China dan Rusia juga membujuk Iran agar berbagi informasi tentang data UAV tipe RQ-170 itu. Dua negara anggota tetap Dewan Keamanan PPB yang sering berselisih pendapat dengan AS itu juga berkeinginan mengopi datanya, tetapi ditolak Kementerian Pertahanan Iran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar