Deretan batu-batu yang menglilingi pekarangan rumah Mbah Warto (70),
warga Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah, adalah ribuan batu-batu candi yang diduga merupakan reruntuhan
dari kompleks Candi Sojiwan yang berada di dusun itu. Batu-batu sengaja
di pasang oleh pemiliknya, setelah berturut-turut dalam waktu yang
panjang menemukan batu-batu itu di persawahan di seputar kampungnya.
Ketua Kelompok Kerja Perlindungan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Gutomo yang dihubungi Kompas,
Sabtu (28/4/2012), menyebutkan bahwa batu-batu candi yang dimanfaatkan
oleh penduduk tidak hanya di rumah Mbah Warto itu. Namun banyak juga
digunakan oleh penduduk seputar dusun, sebagai pengganjal rumah tidak
permanen atau menjadi pagar-pagar darurat yang sewaktu-waktu dengan
mudah bisa dilepas.
"Semuanya batu-batu candi yang sekarang di
rumah penduduk itu, sudah diiventarisasi oleh pihak BP3. Jadi semuanya
jelas. Sewaktu-waktu kita butuhkan dengan mudah bisa kita ambil, karena
penduduk sangat akomodatif dan menyadari akan arti penting batu-batu
itu. Inilah sesungguhnya penyelamatan benda purbakala oleh masyarakat
sebagaimana dikehendaki oleh pemerintah," tutur Gutomo.
Ia
menduga, batu-batu candi itu merupakan bagian dari batu candi kompleks
Candi Sojiwan yang terletak di Dusun itu. Candi besar itu memang telah
mengalami kerusakan, namun pihak BP3 mampu menyelamatkan satu candi
induk yang pemugarannya selesai dilakukan Desember tahun lalu.
Menurut
Gutomo, diduga induk Sojiwan tidak hanya ada satu yang dipugar itu
tetapi ada candi induk lain yang saat ini memang belum bisa ditemukan,
karena kanan-kiri candi induk yang sudah dipugar itu sudah merupakan
pemukiman penduduk.
Penggalian yang dilakukan oleh BP3 dan Jurusan
Arkeologi UGM, menunjukkan Candi Sojiwan dikelilingi oleh parit yang
sangat luas. "Dugaan kami, candi induk tidak hanya hanyaa satu,"
ungkapnya.
Karena itu, pihaknya telah mengusulkan kepada
pemerintah pusat agar Dusun Kebondalem Kidul dipelihara agar jangan
sampai tumbuh bangunan-bangunan baru, yang nantinya bisa mengganggu
penelitian lanjut tentang kompleks Candi Sojiwan.
"Kita usulkan
juga kawasan dusun itu dijadikan sebagai dusun pelestari dengan
mengembangkan wilayah itu sebagai wisata desa. Kesejahteraan penduduk
kita pandu dari keberadaan candi itu," kata Gutomo.
Masalah
penemuan batu candi ini, di wilayah Prambanan, memang tidak hanya
terjadi di Dusun Daleman Kidul. Di desa-desa lain juga sering ditemukan
batu-batu candi yang berserakan di persawahan.
Seperti diungkapkan
Purnomo, warga Dusun Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan,
Kabupaten Sleman, di sawah di kampungnya seluas sekitar satu hektar
sering kali ditemukan batu candi. "Setiap menggali sumur atau membuat
galian untuk fondasi rumah, sering kali ditemukan batu candi yang
jumlahnya terkadang banyak sekali," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar